Jumat, 08 November 2013

SETELAH MATIKU

Pada minggu setelah kematianku dia lari dari keramaian lingkungannya. Dia berputar dari sadar kembali pada detik bahagia bersamaku dalam imajinasinya. Beberapa bantal di depannya sekarang sudah berubah menjadi bebatuan besar di dekat bendungan. Dan boneka panda yang sebesar tubuh adiknya adalah sosokku sekarang. Dia memandangi mata boneka itu lalu meneteskan air mata. Kemudian sekarang dia tersenyum setelah dilihatnya aku tersenyum lebar. Dia bersuara riang lalu memelukku dengan sangat gemas. Mungkin yang dirasakannya adalah berjuta kebahagiaan yang pernah dia renggut denganku dulu semasa aku masih bernapas.
Dari luar kamarnya sepasang mata perempuan paruh baya terlihat menangis. Sedih sekali rasanya harus melihat anak gadisnya bahagia dalam kesemuan yang sangat abu-abu seperti ini. Lelaki tua yang di sampingnya mencoba menabahkan. Memberikan tanda sebuah kekuatan yang dahsyat. Kesedihan kedua orangtua ini sebenarnya lebih gampang ditahan daripada kesedihan seorang anak remaja yang ditinggal mati calon suaminya. Meskipun dia tertawa sementara orangtuanya menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar